Wanita Ini Minum Darahnya Sendiri Agar Tidak Gemuk
Tweet
London, Ffion Jones sangat takut badannya gemuk. Ketakutan berlebihan itu membuatnya menghidap anoreksia. Bahkan dia meminum darahnya sendiri agar tidak gemuk.
Gangguan makan yang parah membuat Ffion meyakini dirinya akan bertambah bobotnya jika minum air, menghidu, dan bahkan memegang makanan. Maka itu dia rela mencederakan dirinya sendiri dan meminum darahnya pada saat kehausan.
Seperti diberitakan Sunday People dan Mirror, Isnin (4/3/2013), Ffion kerap berbohong soal makan pada keluarganya. Sering kali dia mengatakan sudah makan di sekolah atau di rumah rakan ketika orang tuanya bertanya kenapa dia tidak makan. Tak jarang dia membuang makanannya dan diam-diam makan ubat pencahar. Dia tidak rela tubuhnya bertambah beberapa kilogram.
Anoreksia ini mula dialami Ffion saat usianya 11 tahun. Saat itu dia masih duduk di SMP. Ffion yang sebelumnya tidak pernah membimbangkan bentuk tubuhnya tiba-tiba merasa bimbang apabila berat badannya 57 kg.
Fikiran buruk pun selalu hinggap di benaknya. Ffion merasa dirinya lemah, buruk, tidak menarik. "Lalu saya mula makan hanya dengan es batu dan gula-gula getah," ujar perempuan yang saat ini berusia 23 tahun itu.
Berat badan Ffion kala itu menyusut drastik. Keluarganya pun khuatir. Mereka menduga Ffion terkena penyakit berat seperti kanser atau lain. Hingga akhirnya Ffion dibawa ke tempat rawatan. Di sana diketahui banyak seperti memar di punggung Fhion akibat sukan yang terlalu berlebihan.
Doktor juga mengatakan Ffion mengalami anoreksia. Saat itu Ffion begitu terkejut mendengarnya. Mereka berfikir hal itu akan berlangsung sesaat, namun nyatanya tidak demikian.
Ffion masih saja menyembunyikan makanannya dan berbohong dirinya sudah makan kepada sang ibu. Beran badannya terus menyusut kerana Ffion membiarkan dirinya kelaparan, sukan berlebihan, dan kerap makan ubat pencahar.
"Suara di kepala saya semakin kuat mengatakan kalau saya adalah orang yang buruk," katanya.
Kala itu Fhion selalu bangun pukul 5 pagi dan akan bersenam. Dia lari selama beberapa jam walaupun ketika itu sedang banyak salji sehingga suhu sejuk menusuk tulang. Kerap kali Fhion merasa keletihan dan kelaparan tetapi dia tidak peduli. Dia tidak boleh menghentikan keinginan untuk 'menyeksa' diri sendiri melalui anoreksia itu.
Jika Ffhion berusaha untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu, dia mengaku mendengar suara di kepalanya berteriak lebih kuat. Suara itu menyuruh Ffhion untuk mematuhinya, mematuhi peraturan anoreksia.
Anoreksia itu semakin parah apabila Ffion merasa jika dirinya memegang air maka air akan masuk ke tubuh melalui kulitnya dan membuat badannya menjadi gemuk. Kerana itulah dia melukai diri untuk meminum darahnya sendiri dan mengelupasi bibirnya untuk mengelakkan haus.
Ffion yakin darahnya tidak akan membuat gemuk, kerana darah itu berasal dari tubuhnya sendiri. "Saya melakukannya setiap hari hingga beberapa waktu tapi tidak pernah cukup." terangnya.
Hingga suatu hari Ffion pun tersekat kerana tidak mengambil air. Dia pun dibawa ke rumah sakit. Saat ini jika dirinya teringat masa itu, Fhion merasa benci kerana sudah menyakiti dirinya sendiri.
Di usia 13 tahun, berat badan Fhion kurang daripada 31 kg. Meski sudah dirawat di RS tempatan, namun orang tuanya masih khuatir dan membawa Ffion ke Priory, RS khusus kesihatan jiwa di Bristol, England.
Di Priory, Ffhion diusahakan untuk boleh makan makan lagi. Mereka memberikan batas waktu untuk makan secara berperingkat, dan menambah jumlah yang makannya sedikit demi sedikit.
Ffion seperti kehlangan masa remaja kerana harus melewatkan 12 tahun hidupnya untuk menjalani pelbagai terapi agar benar-benar sembuh. "Saya tidak pernah punya kue ulang tahun lagi, tidak pergi kelabing, dan tidak pernah pergi berkencan," jelasnya.
Namun Ffion menyedari mengawal apa yang dimakan adalah perkara terpenting dalam hidupnya. Di satu sisi, anoreksi yang dideritanya terasa seperti usaha bertahan hidup. Namun di sisi lain dengan tetap membuat dirinya tertekan malah boleh membunuh dirinya sendiri.
Saat berusia 18 tahun, Ffion makan melalui tiub makanan. Ketika usianya menginjak 21 tahun, Ffion menolak makan melalui tiub makan.
Saat ini Ffion mengalami osteoporosis akibat anoreksia di masa lalu. Kini dia merasa bersalah pada orang tua dan kakaknya yang sudah sangat kerepotan dengan anoreksianya. Untunglah keluarganya selalu memberikan sokongan yang luar biasa.
"Saya hampir meninggal beberapa kali, dan ini sangat berat bagi mereka. Kadang saya merasa telah meranapkan hidup mereka," tambahnya.
Pada 2009 lalu apabila datuknya meninggal, Ffion merasa sesuatu dalam dirinya tertampar. Datuk yang selama ini berharap dirinya membaik itu telah pergi untuk selamanya.
"Saya sedar bahawa hidup itu tidak menunggu, tapi saya harus harus mengambil kawalan," ucap Ffion.
Menurut ibunya, Mags, Ffion sangat pandai menyembunyikan makanan sehingga dirinya tidak tahu telah dikelabuhi sang anak. Bahkan tidak ada satu pun ahli keluarga yang tahu Ffion selalu bersenam berat kerana kegiatan itu dilakukannya di pagi-pagi buta.
"Itu sangat mengerikan," kenang ibunda yang kerap menangis melihat selang yang selalu dipasang di hidung anaknya.
Ffion baru-baru ini melewatkan 10 bulan di unit pakar gangguan makan di Marlborough, Wiltshire. Setelah mula menjalani kehidupan normal, Ffion merasa sangat senang. Apalagi kini dia punya kekasih, hal yang sejak dulu tidak pernah dimilikinya. Dia pun telah mengamankan satu kerusi di Universiti Bristol untuk mula belajar menjadi jururawat kesihatan mental. Dia akan mula kuliah di bulan September.
"Saya bertekad untuk membantu orang lain yang mempunyai penyakit mental," katanya sambil berniat tidak akan pernah lagi kembali ke kehidupan dengan anoreksia.
* Sumber health.detik.com
Ffion Jones (Foto: Mirror)
Gangguan makan yang parah membuat Ffion meyakini dirinya akan bertambah bobotnya jika minum air, menghidu, dan bahkan memegang makanan. Maka itu dia rela mencederakan dirinya sendiri dan meminum darahnya pada saat kehausan.
Seperti diberitakan Sunday People dan Mirror, Isnin (4/3/2013), Ffion kerap berbohong soal makan pada keluarganya. Sering kali dia mengatakan sudah makan di sekolah atau di rumah rakan ketika orang tuanya bertanya kenapa dia tidak makan. Tak jarang dia membuang makanannya dan diam-diam makan ubat pencahar. Dia tidak rela tubuhnya bertambah beberapa kilogram.
Anoreksia ini mula dialami Ffion saat usianya 11 tahun. Saat itu dia masih duduk di SMP. Ffion yang sebelumnya tidak pernah membimbangkan bentuk tubuhnya tiba-tiba merasa bimbang apabila berat badannya 57 kg.
Fikiran buruk pun selalu hinggap di benaknya. Ffion merasa dirinya lemah, buruk, tidak menarik. "Lalu saya mula makan hanya dengan es batu dan gula-gula getah," ujar perempuan yang saat ini berusia 23 tahun itu.
Berat badan Ffion kala itu menyusut drastik. Keluarganya pun khuatir. Mereka menduga Ffion terkena penyakit berat seperti kanser atau lain. Hingga akhirnya Ffion dibawa ke tempat rawatan. Di sana diketahui banyak seperti memar di punggung Fhion akibat sukan yang terlalu berlebihan.
Doktor juga mengatakan Ffion mengalami anoreksia. Saat itu Ffion begitu terkejut mendengarnya. Mereka berfikir hal itu akan berlangsung sesaat, namun nyatanya tidak demikian.
Ffion masih saja menyembunyikan makanannya dan berbohong dirinya sudah makan kepada sang ibu. Beran badannya terus menyusut kerana Ffion membiarkan dirinya kelaparan, sukan berlebihan, dan kerap makan ubat pencahar.
"Suara di kepala saya semakin kuat mengatakan kalau saya adalah orang yang buruk," katanya.
Kala itu Fhion selalu bangun pukul 5 pagi dan akan bersenam. Dia lari selama beberapa jam walaupun ketika itu sedang banyak salji sehingga suhu sejuk menusuk tulang. Kerap kali Fhion merasa keletihan dan kelaparan tetapi dia tidak peduli. Dia tidak boleh menghentikan keinginan untuk 'menyeksa' diri sendiri melalui anoreksia itu.
Jika Ffhion berusaha untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu, dia mengaku mendengar suara di kepalanya berteriak lebih kuat. Suara itu menyuruh Ffhion untuk mematuhinya, mematuhi peraturan anoreksia.
Anoreksia itu semakin parah apabila Ffion merasa jika dirinya memegang air maka air akan masuk ke tubuh melalui kulitnya dan membuat badannya menjadi gemuk. Kerana itulah dia melukai diri untuk meminum darahnya sendiri dan mengelupasi bibirnya untuk mengelakkan haus.
Ffion yakin darahnya tidak akan membuat gemuk, kerana darah itu berasal dari tubuhnya sendiri. "Saya melakukannya setiap hari hingga beberapa waktu tapi tidak pernah cukup." terangnya.
Hingga suatu hari Ffion pun tersekat kerana tidak mengambil air. Dia pun dibawa ke rumah sakit. Saat ini jika dirinya teringat masa itu, Fhion merasa benci kerana sudah menyakiti dirinya sendiri.
Di usia 13 tahun, berat badan Fhion kurang daripada 31 kg. Meski sudah dirawat di RS tempatan, namun orang tuanya masih khuatir dan membawa Ffion ke Priory, RS khusus kesihatan jiwa di Bristol, England.
Di Priory, Ffhion diusahakan untuk boleh makan makan lagi. Mereka memberikan batas waktu untuk makan secara berperingkat, dan menambah jumlah yang makannya sedikit demi sedikit.
Ffion seperti kehlangan masa remaja kerana harus melewatkan 12 tahun hidupnya untuk menjalani pelbagai terapi agar benar-benar sembuh. "Saya tidak pernah punya kue ulang tahun lagi, tidak pergi kelabing, dan tidak pernah pergi berkencan," jelasnya.
Namun Ffion menyedari mengawal apa yang dimakan adalah perkara terpenting dalam hidupnya. Di satu sisi, anoreksi yang dideritanya terasa seperti usaha bertahan hidup. Namun di sisi lain dengan tetap membuat dirinya tertekan malah boleh membunuh dirinya sendiri.
Saat berusia 18 tahun, Ffion makan melalui tiub makanan. Ketika usianya menginjak 21 tahun, Ffion menolak makan melalui tiub makan.
Saat ini Ffion mengalami osteoporosis akibat anoreksia di masa lalu. Kini dia merasa bersalah pada orang tua dan kakaknya yang sudah sangat kerepotan dengan anoreksianya. Untunglah keluarganya selalu memberikan sokongan yang luar biasa.
"Saya hampir meninggal beberapa kali, dan ini sangat berat bagi mereka. Kadang saya merasa telah meranapkan hidup mereka," tambahnya.
Pada 2009 lalu apabila datuknya meninggal, Ffion merasa sesuatu dalam dirinya tertampar. Datuk yang selama ini berharap dirinya membaik itu telah pergi untuk selamanya.
"Saya sedar bahawa hidup itu tidak menunggu, tapi saya harus harus mengambil kawalan," ucap Ffion.
Menurut ibunya, Mags, Ffion sangat pandai menyembunyikan makanan sehingga dirinya tidak tahu telah dikelabuhi sang anak. Bahkan tidak ada satu pun ahli keluarga yang tahu Ffion selalu bersenam berat kerana kegiatan itu dilakukannya di pagi-pagi buta.
"Itu sangat mengerikan," kenang ibunda yang kerap menangis melihat selang yang selalu dipasang di hidung anaknya.
Ffion baru-baru ini melewatkan 10 bulan di unit pakar gangguan makan di Marlborough, Wiltshire. Setelah mula menjalani kehidupan normal, Ffion merasa sangat senang. Apalagi kini dia punya kekasih, hal yang sejak dulu tidak pernah dimilikinya. Dia pun telah mengamankan satu kerusi di Universiti Bristol untuk mula belajar menjadi jururawat kesihatan mental. Dia akan mula kuliah di bulan September.
"Saya bertekad untuk membantu orang lain yang mempunyai penyakit mental," katanya sambil berniat tidak akan pernah lagi kembali ke kehidupan dengan anoreksia.
* Sumber health.detik.com
0 Merujuk kepada perkara diatas :
Catat Ulasan