Di kurung 10 tahun dalam bilik mandi
Tweet
* Baraa Melhem disekap ayahnya selama 10 tahun di dalam sebuah kamar mandi yang sangat sempit
Jabatan Polis kota Qalqilya, Tebing Barat, Palestin, membebaskan seorang perempuan 21 tahun yang dikurung ayahnya di kamar mandi berukuran 1 x 1,5 meter selama 10 tahun, Sabtu (21/1/2012).
Ayah perempuan bernama Baraa Melhem itu mengakui perbuatannya. Katanya dia mengunci putrinya itu sejak Baraa berusia 11 tahun. Sang ayah mengatakan, dia mengunci putrinya dengan alasan "perselisihan keluarga". Namun, dia tidak menjelaskan perselisihan seperti apa yang membuatnya mengurung putrinya.
Kepada petugas dinas sosial yang mengurusinya saat ini, gadis itu mengaku dikurung selama siang hari dan dikeluarkan dari kamar mandi pada pukul 01.00 hingga 04.00 dini hari untuk membersihkan rumah. Kepada Voice of Palestine, Baraa mengatakan, dia digunduli lalu alisnya dicukur oleh ayahnya. Dia hanya boleh mandi sebulan sekali.
Kepala dinas kesejahteraan sosial Qalqilya, Azat Maluach, mengatakan, sesaat setelah bebas dari penyekapan itu, Baraa meminta permen. Gadis itu mengaku selama dikurung dia tidak pernah mendapat makanan manis dalam bentuk apa pun.
Baraa sangat takjub dan setengah tidak percaya ketika keluar dari rumah. "Benarkah itu matahari? Apakah itu matahari yang saya impikan? tanyanya kepada petugas.
Menurut Maluach, ketika polis membebaskannya, gadis itu tidak percaya. "Dia bilang kepada kami, dia tidak pernah melihat siang hari selama sembilan tahun," kata Maluach seperti dipetik Ynetnews, Minggu (22/1/2012).
Gadis itu juga kaget melihat begitu banyak orang. "Apakah orang-orang itu yang saya dengar di radio?" tanyanya.
"Di dalam rumah itu terdapat dua kamar mandi dan dia dikurung di salah satunya. Di situ juga dia makan. Dia juga mencuci baju di situ. Satu-satunya kontak dia dengan dunia luar adalah radio yang ditinggalkan ayahnya," ungkap Maluach.
Radio itu juga menjadi satu-satunya hiburan baginya. Dari radio itu dia mengetahui bahwa dia berbintang Leo yang berarti dia memiliki kepribadian yang berapi-api.
"Begitu kami membebaskannya, dia langsung menangis dan minta bertemu dengan ibunya. Kami menghubungi ibunya, yang segera datang dan memeluk serta menenangkan dia (Baraa)," lanjut pejabat dinas sosial itu.
Kedua orangtuanya bercerai ketika dia berusia empat tahun. Hak asuh diberikan kepada ayahnya. Baraa tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Kerana ayahnya, disebut bernama Hassan Melhem, berkewarganegaraan Israel, kepolisian Palestin menyerahkannya ke pihak berwenang Israel. Dia akan diadili oleh pengadilan Israel pada Rabu (25/1/2012).
Selama dikurung, Baraan dipukul dan jarang diberi makan. Dia hanya diberi selembar selimut, sebuah radio, dan sebilah silet. Oleh ayah dan ibu tirinya, dia disuruh membunuh diri sendiri.
"Saya tidak membenci ayah. Namun, saya membenci yang dilakukannya kepada saya. Mengapa dia melakukannya? Saya tidak memahaminya," ujarnya. Menurut gadis itu, penyekapannya berawal ketika dia kabur dari rumah saat dia berumur 10 tahun. Polisi kemudian membawanya pulang. Saat itu ayahnya memaksa dia menandatangani pernyataan bahwa dia tidak mau kembali ke sekolah.
Kini Baraa tinggal dengan ibu kandungnya di Maysoun, sebuah permukiman Arab di Jerusalem. "Sekarang saya bahagia. Kehidupan saya dimulai," ujarnya.
Ayah perempuan bernama Baraa Melhem itu mengakui perbuatannya. Katanya dia mengunci putrinya itu sejak Baraa berusia 11 tahun. Sang ayah mengatakan, dia mengunci putrinya dengan alasan "perselisihan keluarga". Namun, dia tidak menjelaskan perselisihan seperti apa yang membuatnya mengurung putrinya.
Kepada petugas dinas sosial yang mengurusinya saat ini, gadis itu mengaku dikurung selama siang hari dan dikeluarkan dari kamar mandi pada pukul 01.00 hingga 04.00 dini hari untuk membersihkan rumah. Kepada Voice of Palestine, Baraa mengatakan, dia digunduli lalu alisnya dicukur oleh ayahnya. Dia hanya boleh mandi sebulan sekali.
Kepala dinas kesejahteraan sosial Qalqilya, Azat Maluach, mengatakan, sesaat setelah bebas dari penyekapan itu, Baraa meminta permen. Gadis itu mengaku selama dikurung dia tidak pernah mendapat makanan manis dalam bentuk apa pun.
Baraa sangat takjub dan setengah tidak percaya ketika keluar dari rumah. "Benarkah itu matahari? Apakah itu matahari yang saya impikan? tanyanya kepada petugas.
Menurut Maluach, ketika polis membebaskannya, gadis itu tidak percaya. "Dia bilang kepada kami, dia tidak pernah melihat siang hari selama sembilan tahun," kata Maluach seperti dipetik Ynetnews, Minggu (22/1/2012).
Gadis itu juga kaget melihat begitu banyak orang. "Apakah orang-orang itu yang saya dengar di radio?" tanyanya.
"Di dalam rumah itu terdapat dua kamar mandi dan dia dikurung di salah satunya. Di situ juga dia makan. Dia juga mencuci baju di situ. Satu-satunya kontak dia dengan dunia luar adalah radio yang ditinggalkan ayahnya," ungkap Maluach.
Radio itu juga menjadi satu-satunya hiburan baginya. Dari radio itu dia mengetahui bahwa dia berbintang Leo yang berarti dia memiliki kepribadian yang berapi-api.
"Begitu kami membebaskannya, dia langsung menangis dan minta bertemu dengan ibunya. Kami menghubungi ibunya, yang segera datang dan memeluk serta menenangkan dia (Baraa)," lanjut pejabat dinas sosial itu.
Kedua orangtuanya bercerai ketika dia berusia empat tahun. Hak asuh diberikan kepada ayahnya. Baraa tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Kerana ayahnya, disebut bernama Hassan Melhem, berkewarganegaraan Israel, kepolisian Palestin menyerahkannya ke pihak berwenang Israel. Dia akan diadili oleh pengadilan Israel pada Rabu (25/1/2012).
Selama dikurung, Baraan dipukul dan jarang diberi makan. Dia hanya diberi selembar selimut, sebuah radio, dan sebilah silet. Oleh ayah dan ibu tirinya, dia disuruh membunuh diri sendiri.
"Saya tidak membenci ayah. Namun, saya membenci yang dilakukannya kepada saya. Mengapa dia melakukannya? Saya tidak memahaminya," ujarnya. Menurut gadis itu, penyekapannya berawal ketika dia kabur dari rumah saat dia berumur 10 tahun. Polisi kemudian membawanya pulang. Saat itu ayahnya memaksa dia menandatangani pernyataan bahwa dia tidak mau kembali ke sekolah.
Kini Baraa tinggal dengan ibu kandungnya di Maysoun, sebuah permukiman Arab di Jerusalem. "Sekarang saya bahagia. Kehidupan saya dimulai," ujarnya.
* Sumber kompas.com
0 Merujuk kepada perkara diatas :
Catat Ulasan