44 Tahun Tunggu Hukuman Mati
Tweet
TOKYO - Tak pernah ada ungkapan pasti seberapa lama seorang disabitkan mati menunggu pelaksanaan hukumannya.
Namun, waktu menunggu yang sudah dihabiskan Iwao Hakamada (77) sangat lama. Sejak dijatuhi hukuman mati, dia sudah menanti pelaksanaan eksekusinya selama 44 tahun 5 bulan.
Iwao Hakamada dijatuhi hukuman mati pada September 1968. Dengan demikian, namanya masuk ke dalam buku rekod Guinness sebagai terpidana mati yang menunggu hukuman paling lama di dunia. Namun, keadaan Hakamada diburukkan dengan munculnya dugaan bahawa mahkamah sudah salah menghukumnya.
Iwao Hakamada dinyatakan terbukti bersalah membakar kediaman pemilik sebuah syarikat miso-sejenis makanan tradisional Jepun-di Shizuoka pada Jun 1966. Dalam kebakaran itu, pemilik rumah dan tiga kerabatnya tewas.
Hakamada, yang pernah menjadi juara tinju, pernah bekerja di syarikat itu dan diperiksa secara intensif selama 23 hari sebelum akhirnya mengakui perbuatannya. Padahal, pakaian yang dijumpai di lokasi kejadian tidak sesuai dengan tubuh Hakamada. Senjata yang diduga digunakan Hakamada pun tidak sesuai dengan luka para korban.
Di mahkamah, Hakamada menarik pengakuannya dan mengatakan, selama diperiksa polis, dia tidak diberi makan dan minum, dipukul, serta hanya dibenarkan bercakap dengan peguamnya sebanyak tiga kali. Namun, mahkamah tetap menjatuhkan hukuman mati kepada Hakamada.
Dua hakim di mahkamah dengan yakin menjatuhkan hukuman mati kepada Hakamada. Sementara itu, hakim ketiga merasakan ada yang salah dengan keputusan itu dan memutuskan mundur dari pekerjaannya lalu menjadi peguam.
Sang mantan hakim, Norimichi Kumamato, sejak saat itu membantu pelbagai upaya banding yang dilakukan tim kuasa hukum Hakamada hingga ke Mahkamah Agung. Malangnya, semua usaha itu gagal.
Satu permintaan agar kes itu diperiksa kembali saat ini tengah dipertimbangkan berdasarkan bukti DNA, meski kuasa hukum Hakamada mengakui keadaan mental kliennya menurun secara drastik. Sejak Ogos 2010, Hakamada menolak bertemu dengan keluarganya.
Kes Hakamada ini mengukuhkan balas Amnesty International kepada Jepun, yang melaksanakan kembali hukuman mati setelah sempat menghentikannya selama 20 bulan. Saat ini terdapat 130 terpidana mati yang menunggu pelaksanaan.
(Telegraph / Kompas.com)
Iwao Hakamada
Namun, waktu menunggu yang sudah dihabiskan Iwao Hakamada (77) sangat lama. Sejak dijatuhi hukuman mati, dia sudah menanti pelaksanaan eksekusinya selama 44 tahun 5 bulan.
Iwao Hakamada dijatuhi hukuman mati pada September 1968. Dengan demikian, namanya masuk ke dalam buku rekod Guinness sebagai terpidana mati yang menunggu hukuman paling lama di dunia. Namun, keadaan Hakamada diburukkan dengan munculnya dugaan bahawa mahkamah sudah salah menghukumnya.
Iwao Hakamada dinyatakan terbukti bersalah membakar kediaman pemilik sebuah syarikat miso-sejenis makanan tradisional Jepun-di Shizuoka pada Jun 1966. Dalam kebakaran itu, pemilik rumah dan tiga kerabatnya tewas.
Hakamada, yang pernah menjadi juara tinju, pernah bekerja di syarikat itu dan diperiksa secara intensif selama 23 hari sebelum akhirnya mengakui perbuatannya. Padahal, pakaian yang dijumpai di lokasi kejadian tidak sesuai dengan tubuh Hakamada. Senjata yang diduga digunakan Hakamada pun tidak sesuai dengan luka para korban.
Di mahkamah, Hakamada menarik pengakuannya dan mengatakan, selama diperiksa polis, dia tidak diberi makan dan minum, dipukul, serta hanya dibenarkan bercakap dengan peguamnya sebanyak tiga kali. Namun, mahkamah tetap menjatuhkan hukuman mati kepada Hakamada.
Dua hakim di mahkamah dengan yakin menjatuhkan hukuman mati kepada Hakamada. Sementara itu, hakim ketiga merasakan ada yang salah dengan keputusan itu dan memutuskan mundur dari pekerjaannya lalu menjadi peguam.
Sang mantan hakim, Norimichi Kumamato, sejak saat itu membantu pelbagai upaya banding yang dilakukan tim kuasa hukum Hakamada hingga ke Mahkamah Agung. Malangnya, semua usaha itu gagal.
Satu permintaan agar kes itu diperiksa kembali saat ini tengah dipertimbangkan berdasarkan bukti DNA, meski kuasa hukum Hakamada mengakui keadaan mental kliennya menurun secara drastik. Sejak Ogos 2010, Hakamada menolak bertemu dengan keluarganya.
Kes Hakamada ini mengukuhkan balas Amnesty International kepada Jepun, yang melaksanakan kembali hukuman mati setelah sempat menghentikannya selama 20 bulan. Saat ini terdapat 130 terpidana mati yang menunggu pelaksanaan.
(Telegraph / Kompas.com)
.jpg)
.jpg)
Catatan
0 Merujuk kepada perkara diatas :
Catat Ulasan